All about primary school. Fun and exciting to be listened to and studied

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 31 Oktober 2017

PENERAPAN METODE PARTISIPATORI DALAM PEMBELAJARAN


Penerapan Metode Partisipatori dalam Pembelajaran
A. Pengertian Metode Partisipatori
Metode Partisipatori merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa merupakan bentuk keberhasilan dari proses pembelajaran. Peserta didik ditempatkan sebagai subjek belajar. Dalam metode ini, guru berperan sebagai pemandu atau fasilitator. Metode Partisipatori diterapkan ketika guru mengharapkan peran siswa secara penuh. Adapun ciri-ciri yang menonjol dari metode ini adalah :
1. Belajar dari realitas atau pengalaman.
2. Tidak menggurui.
3. Dialogis (bersifat komunikatif baik secara lisan maupun tulisan).

B. Prinsip Dasar Metode Partisipatori
Berkaitan dengan penyikapan / sikap guru terhadap siswa, partisipatori beranggapan bahwa :
1. Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan yang berbeda dengan individu lain. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang.
2. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak.
3. Dunia anak adalah dunia bermain.
4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.

Dalam Metode Partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Keaktifan siswa berupa melakukan kegiatan secara mandiri. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif.

Sebagai pemandu, guru diharapkan memiliki watak sebagai berikut :
1. Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya dalam membimbing siswa.
2. Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan / siswa.
3. Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipasi selama proses berlangsung.
4. Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
5. Cermat dalam melihat persoalan pribadi siswa dan berusaha memberikan jalan agar siswa menemukan jalannya.
6. Memiliki ketertarikan terhadap subjek belajar, dalam hal ini adalah siswa.
7. Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar siswa.
8. Pemahaman yang cukup atas materi pokok pembelajaran.

C. Pengertian Tehnik Simulasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) simulasi diartikan sebagai metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya, penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan berupa model statistik atau pemeranan. Tehnik simulasi dapat dilakukan dalam bentuk sosiodrama, bermain peran, atau permainan simulasi.

Secara harfiah simulasi adalah peniruan dari keadaan sebenarnya. Dalam dunia pendidikan, simulasi digunakan sebagai strategi untuk memberikan kemungkinan kepada siswa agar dapat menguasai suatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan. Istilah simulasi erat hubungannya dengan role playing (main peran) dan sosiodrama.

Role playing atau bermain peran adalah penampilan suatu peran yang ditentukan terlebih dahulu. Sosiodrama adalah bermain peran oleh suatu kelompok yang difokuskan pada masalah hubungan antar manusia. Permainan simulasi (simulation games) adalah permainan dimana siswa memegang peran tertentu seolah-olah betul-betul terlibat dalam situasi sebenarnya.

D. Langkah-langkah Simulasi
1. Pemilihan situasi, masalah, atau permainan yang cocok untuk membantu kelompok mencapai tujuan intruksional melalui main peran, sosiodrama, dan simulasi.
2. Pengorganisasian kegiatan sehingga peran dan tugas-tugas menajadi jelas, serta peralatan, waktu dan tempat memadai.
3. Persiapan petunjuk-petunjuk yang akan memudahkan siswa dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
4. Menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut secara jelas pada semua siwa.
5. Menjawab pertanyaan yang bertalian dengan kegiatan.
6. Pemilihan siswa untuk peran-peran, terutama didasarkan pada kemampuan siswa yang akan memainkan perannya.
7. Membantu siswa dalam masa persiapan.
8. Mengawasi kegiatan simulasi sehingga setiap peran dan tugas dilaksanakan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah dibahas.
9. Menyampaikan saran-saran kebaikan selama simulasi berlangsung.
10. Mengadakan evaluasi dengan menekankan pada apa tujuan simulasi tersebut diberikan untuk mencapai suatu tujuan, serta untuk perbaikan kegiatan simulasi selanjutnya.

E. Prinsip dan Prosedur Pelaksanaan Simulasi dalam Pembelajaran Bahasa
Dalam pelaksanaan simulasi sebagai suatu strategi dalam pembelajaran bahasa, guru hendaknya mengindahkan prinsip dan prosedur sebagai berikut :
1. Dalam simulasi harus terdapat suatu tujuan yang hendak dicapai, keterampilan bahasa apa yang menjadi sasaran pokok.
2. Siswa terbagi ke dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok mendapat tugas melakukan simulasi yang sama atau berlainan.
3. Penentuan topik dan peran disesuaikan dengan kemampuan bahasa, tingkat sekolah, dan situasi. Siswa dapat diikutsertakan dalam penentuan topik dan peran.
4. Dalam simulasi, selain tujuan pokok seperti poin 1, harus terdapat pula tujuan-tujuan yang menyangkut dominan kognitif (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian), dominan afektif (seperti kesenangan, keharusan, solidaritas, simpati, kerjasama, dan lain-lain), serta dominan psikomotor (keterampilan bertanya, memimpin, mengambil keputusan, dan sebagainya).
5. Terdapat petunjuk tentang peran, situasi, dan pembagian tugas.
Berdasarkan contoh langkah-langkah pelaksanaan simulasi yang telah dikemukakan, dapat ditentukan prosedur simulasi sebagai berikut :
1. Menentukan topik.
2. Memberikan gambaran mengenai situasi yang akan disimulasikan.
3. Mengorganisasikan kegiatan : pembentukan kelompok serta penentuan peran dan pemeran, pengaturan ruang, peralatan, dan lain-lain.
4. Memberikan penjelasan kepada kelompok dan pemeran tentang hal-hal yang mesti dilakukan.
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya.
6. Memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok untuk menyiapkan diri.
7. Menetapkan alokasi waktu.
8. Melaksanakan simulasi. Guru mengadakan pengawasan, membantu dan menyampaikan saran serta membuat catatan-catatan tenang kesalahan-kesalahan (bahasa, pelaksanaan dan lain-lain).
9. Mengadakan evaluasi dan tindak lanjut.

F. Pengertian Keterampilan Membaca dan Berbicara
1. Pengertian Keterampilan Membaca
Pada hakikatnya membaca terdiri dari dua bagian, yakni membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada kreatifitas fisik dan mental, sebagai produk mengacu pada konsekuensi aktivitas saat membaca. (Santosa, 2007 : 6)

Ada beberapa aspek yang terlibat dalam proses membaca, yakni :
a. Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis.
b. Aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol.
c. Aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada.
d. Aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dibaca.
e. Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.
Interaksi dari kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi yang baik antara penulis dengan pembaca.

Pembelajaran membaca terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Pembelajaran Membaca Permulaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca, sebagaimana dikemukakan berikut ini : peningkatan ucapan, kesadaran fonetik (bunyi), hubungan antar bunyi dan huruf, kemampuan mengingat, orientasi dari kiri ke kanan, keterampilan kosa kata dan makna kata.

Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada anak yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi dan huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan anak memahami isi bacaan.

b. Pembelajaran Membaca Lanjut
Proses membaca terdiri dari beberapa aspek, antara lain :
1) Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis.
2) Aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol.
3) Aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan berfikir, kamampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari.
4) Aspek efektif.
Jenis-jenis membaca, meliputi :
1) Membaca bersuara, meliputi membacakan, membaca teknik, membaca indah.
2) Membaca dalam hati (membaca pemahaman), meliputi membaca intensif, membaca kritis, membaca memindai, membaca bahasa, membaca apresiatif, membaca pustaka, membaca studi.
Tingkat pemahaman bacaan, meliputi :
1) Pemahaman literal, yaitu pemahaman isi bacaan sebagai yang tersurat dalam bacaan.
2) Pemahaman inferensial, yaitu pemahaman isi bacaan dengan menafsirkan isi bacaan (ada yang bermakna kias).
3) Pemahaman kritis, yaitu pemahaman dengan mengkritisi bacaan (pembaca dapat mengetahui yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk).
4) Pemahaman kreatif, yaitu pemahaman bacaan untuk megkreasikan kembali isi bacaan.
2. Pengertian Pembelajaran Berbicara
Berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Brown and Yule (1983) yang dikutip Tarigan mengatakan bahwa berbicara dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk megekspresikan atau menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara memerlukan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, dan linguistic secara luas. Berbicara merupakan kemampuan bahasa yang bersifat sosial karena tidak mungkin orang melakukan kegiatan berbicara secara formal tanpa kehadiran orang lain.

Klasifikasi berbicara dapat dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya, cara penyampaiannya, dan jumlah pendengarnya. Adapun materi pembelajaran berbicara di Sekolah Dasar di antaranyaa : bercakap-cakap, berdialog, berdiskusi, wawancara, berpidato, bermain peran, berbalas pantun dan sebagainya.

Berdaasarkan tujuannya dikenal antara lain :
a. Berbicara untuk memberitahukan, melaporkan, menginformasikan.
b. Berbicara untuk menghibur.
c. Berbicara untuk membujuk, mengajak, meyakinkan atau menggerakkan.
Berdasarkan cara penyampaiannya dikenal antara lain :
a. Berbicara mendadak.
b. Berbicara berdasarkan catatan.
c. Berbicara berdasarkan hafalan.
d. Berbicara berdasarkan naskah.
Berdasarkan jumlah pendengarnya dikenal antara lain : berbicara antar pribadi, berbicara dalam kelompok kecil, berbicara dalam kelompok besar.
Tujuan utama pembelajaran berbicara di Sekolah Dasar adalah melatih siswa agar dapat berbicara dalam bahasa apapun dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan pemelajaran berbicara, misalnya menceritakan pengalaman yang mengesaankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato, dan bercakap-cakap.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menggunakan Metode Partisipatori
A. Persiapan
Beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran ini, antara lain :
1. Materi yang akan disampaikan, guru menyampaikan bahwa pada pembelajaran ini siswa akan bermain peran dalam kelompok mengenai suatu cerita.
2. Media yang akan digunakan, guru menyampaikan bahwa setiap kelompok akan mendapat teks drama yang berbeda.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan pembelajaran, guru menyampaikan bahwa pembelajaran akan dilaksanakan di dalam kelas.

B. Kegiatan Inti / Pelaksanaan
1. Pembukaan
1) Siswa masuk ke dalam kelas berjabat tangan dengan guru.
2) Guru membuka pembelajaran dengan salam.
3) Ketua kelas memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Inti dan Evaluasi
1) Guru menyampaikan pengantar dengan melakukan tanya jawab tentang cerita-cerita wayang yang dikenal siswa.
2) Guru memberikan teks cerita kepada masing-masing siswa untuk dibaca secara mandiri.
3) Setelah siswa selesai membaca, guru melakukan tanya jawab tentang isi bacaan tersebut.
4) Siswa dapat mencatat kosa kata yang dianggap asing.
5) Guru membagi siswa ke dalam kelompok sedang yang terdiri dari 5-7 siswa.
6) Setiap kelompok dibagikan sebuah teks drama yang berbeda.
7) Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat peran sesuai dengan kesepakatan anggota kelompok dan saran dari guru.
8) Siswa diberikan kesempatan untuk berlatih dan memahami dialog yang dimainkan.
9) Setiap kelompok menampilkan dramanya di depan kelas sesuai dengan nomer urut yang ditentukan oleh guru.
10) Guru menyampaikan kriteria penilaian dalam bermain peran.
11) Pada saat drama berlangsung, guru menilai kemampuan membaca dan berbicara masing-masing induvidu dalam memainkan perannya.
12) Guru memberikan apresiasi terhadap kelompok dan siswa dengan penampilan terbaik sesuai dengan penilaian guru dan pendapat siswa.

3. Penutup dan Refleksi
1) Guru memberikan penguatan terhadap siswa tentang pembelajaran yang sudah berlangsung.
2) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
3) Ketua kelas memimpin doa.
4) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
5) Guru dan siswa bernyanyi Sayo Nara sambil berjabat tangan.

C. Hasil yang Diharapkan
1. Siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang cerita berbahasa Jawa serta mampu membuat percakapan dalam Bahasa Jawa
2. Siswa dapat membaca dan berbicara Bahasa Jawa dengan baik dan benar.
3. Siswa dapat mengembangkan imajinasi.
4. Siswa dapat berkarya dengan Bahasa Jawa.
5. Akan ada tindak lanjut bagi kelompok dan pemeran yang menampilkan drama terbaik.



Referensi
Ismawati, Esti. 2009. Perencanaan Pembelajaran Bahasa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Ismawati, Esti & Umaya, Faraz. 2012. Belajar Bahasa Di Kelas Awal. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Purwanto. 2008. Penerapan Metode Partisipatori. https://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/penerapan-metode-partisipatori/. 31 Maret 2015. Yogyakarta.

</div>

LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR


LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Pendahuluan
Pemasalahan yang sering muncul dan dirasakan menjadi kendala oleh guru-guru dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar adalah kurangnya sumber belajar yang tersedia di sekolah, dan ini diartikan sebagai akibat dari:
1. Kurang atau tidak tersedianya alat peraga praktik (APP)
2. Kurang atau tidak tersedianya buku-buku sumber tentang IPA
3. Buku-buku teks yang beredar sering tidak memuat Standar Isi secara keseluruhan.
Ketiga permasalahan ini terus berkembang sehingga membuat pembelajaran IPA di kelas menjadi kering dan miskin kegiatan, pelajaran IPA menjadi pelajaran hafalan saja, pelajaran IPA tidak bermakna dan ideal lagi. Kondisi pembelajaran seperti ini sangat bertentangan dengan IPA sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan kegiatan percobaan atau laboratorium, yang pada akhirya kondisi ini membuat siswa menjadi bosan dan enggan belajar IPA. Sebenarnya permasalahan ini tidaklah akan menjadi berlarut-larut dan dirasakan menjadi suatu beban yang berkelanjutan kalau kita sebagai tenaga pendidik atau guru menyadari bahwa hakekat belajar IPA adalah belajar tentang alam atau lingkungan dengan berbagai fenomenanya.
1. Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
“Lingkungan” dalam pembelajaran IPA dapat diartikan sebagai “ segala sesuatu yang ada di sekolah atau tempat tinggal siswa yang temasuk di dalamnya mahluk hidup maupun benda mati yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar”, dengan maksud lebih lanjut bahwa lingkungan tersebut dapat menjadi objek pengamatan, sarana atau tempat melakukan percobaan/penyelidikan dan sebagai tempat mendapatkan informasi. Maka dengan pengertian tersebut “lingkungan” merupakan sesuatu yang sangat penting baik sebagai wahana maupun sebagai objek pembelajaran IPA.
Oleh karena itu boleh saja ada anggapan bahwa banyak sekolah miskin atau kekurangan buku sumber atau alat peraga praktik buatan pabrik, tetapi tidak akan ada sekolah yang kekurangan lingkungan sebagai sumber belajar.
2. Keuntungan Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Berbagai keuntungan bila kita menggunakan alam atau lingkungan sekitar sebagai sumber belajar:
1. Membuat siswa mendapatkan informasi berdasarkan pengalaman langsung.
2. Membuat siswa mudah mencapai sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan
3. Membuat siswa mengenal dan mencintai lingkungan yang pada akhirnya mengagumi dan mengagungkan penciptanya
4. Membuat pelajaran lebih konkrit
5. Biaya relatif murah
6. Penerapan ilmu menjadi lebih mudah, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga siswa akan merasakan bahwa belajar IPA itu bermakna dan menarik.
7. Sesuai dengan prinsip didaktik dan perkembangan yaitu:
a. Anak berbeda dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya
b. Anak berkembang secara optimum sesuai dengan perkembangan fisik, intelektual, sosial serta perasaan berdasarkan azas kebebasan (aktualisasi diri)
c. Belajar dari yang :
Konkrit ke abstrak
Mudah/sederhana ke yang sukar/majemuk
Dekat ke yang jauh
Sudah diketahui/dikuasai kepada yang belum diketahui/dikuasai (pengalaman lama ke pengalaman baru)
d. Mengembangkan motivasi dan prinsip “BELAJAR BAGAIMANA BELAJAR”, dengan dasar metoda ilmiah dan pengembangan ketrampilan proses, sehingga tertanam sikap ilmiah. Penjelasan beberapa ketrampilan proses dan pengembangannya melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar akan di bahas kemudian.
3. Sumber Daya Lingkungan
Beberapa contoh lingkungan yang dapat dijadikan sumber belajar secara ekologis yang mungkin terdapat di daerah.
a. Sebidang tanah pertanian yang telah ditinggalkan akan memberi kesempatan yang amat baik untuk mengamati suatu proses suksesi atau pergantian.Tumbuhan yang pertama kali muncul dalam ladang tadi di sebut pionir. Karena lingkungan dan ekosistem ladang tadi berganti dari waktu ke waktu, beberapa populasi tumbuhan digantikan oleh yang lain. Pergantian populasi ini disebut suksesi ekologis. Sering juga dapat diamati suatu daerah yang sudah stabil, seperti misalnya rimba yang mungkin berdekatan dengan tanah pertanian yang baru saja ditinggalkan. Adalah amat menarik untuk mempelajari berbagai tingkatan populasi mana yang merupakan tingkat antara darinya.
Suatu hutan atau rimba dekat sekolah dapat dimanfaatkan untuk menyaksikan perubahan musiman pada tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang. Mempelajari bagaimana lingkungan fisik seperti kelembaban, suhu dan banyaknya cahaya matahari mempengaruhi mahluk hidup; mendapatkan contoh-contoh binatang dan tumbuh-tumbuhan yang merugikan dan berguna atau menguntungkan sungguh sangat bermanfaat bagi anak didik. Cara yang dapat ditempuh, ialah mengadakan karya wisata untuk mengamati dan mengumpulkan bahan-bahan dan membawa bahan-bahan yang telah dipilih ke dalam kelas.
b. Bangunan yang sedang didirikan dapat berfaedah untuk melihat bagaimana memasang kawat-kawat jaringan listrik; melihat bagaimana mengisolasi bangunan, melihat bermacam-macam bahan yang dipergunakan; melihat perbedaan tanah yang berasal dari galian fondasi dan yang berasal dari kebun; mempelajari bagaimana memasang saluran buangan air. Kegiatan yang mungkin dilakukan ialah mengumpulkan berbagai bahan bangunan untuk dipelajari misalnya kawat listrik yang memperlihatkan berbagai jenis isolasi listrik, bermacam-macam bahan isolasi panas, contoh tanah dan sebagainya. Selanjutnya dapat diadakan pembicaraan dengan pekerja yang sedang memasang kawat, memasang pipa atau yang sedang mengerjakan pekerjaan lain seperti itu; memperlihatkan cara menentukan tempat dan cara menggali sumur; memperlihatkan pemasangan pipa kalau jamban terdapat di luar rumah, carilah letaknya dalam hubungan dengan penyediaan air dan mengapa tempat itu dipilih.
c. Penggergajian kayu dapat berfaedah untuk mempelajari bagaimana memilih pohon yang akan ditebang; mengetahui bagaimana melindungi pohon yang masih muda; mengetahui jenis kayu yang dianggap tertinggi nilainya dan apa sebabnya; mengamati penggunaan mesin-mesin; melihat bagaimana membuat kayu untuk bangunan dan mengawetkannya; melihat perubahan hidup tumbuh-tumbuhan dan dan binatang kalau suatu daerah habis ditebang pohon-pohonnya. Kegiatan yang mungkin dilakukan antara lain dalam mengunjungi tempat penggergajian kayu untuk mengamati cara kerjanya; membawa ke sekolah contoh-contoh kayu untuk melihat lingkaran-lingkaran usia pertumbuhan; berjalan-jalan di hutan untuk melihat bagaimana caranya kayu ditebang; memeriksa berbagai mesin untuk mengamati bagaimana meisn-mesin itu membantu para pekerja dalam tugasnya.
d. Kebun sayur dan bunga dapat berfaedah untuk mempelajari bagaiman tanam-tanaman cukup memperoleh cahaya matahari, air dan bahan-bahan penting lainnya untuk keperluan tumbuh; mempelajari bagaimana mengerjakan tanah dan mempersiapkannya untuk ditanami; bagaimana memindahkan tanam-tanaman dan menyebarkan biji-bijian, mempelajari bagaimana penyerbukan sendiri dan penyerbukan buatan pada bunga dan bagaimana biji-bijian berkecambah dan tumbuh menjadi besar; mempelajari tanah mana yang baik untuk berbagai jenis tanaman dan bagaimana tanah diuji; mengamati bagaimana tanaman menyimpan makanan serta kemungkinan adanya perubahan apabila musim berganti. Dalam mengunjungi kebun kegiatan yang mungkin dilakukan antara lain mengamati cara tanaman itu tubuh; mengumpulkan biji-bijian dan buah-buahan yang memperlihatkan cara penyebarannya; menanam biji-bijian di kelas untuk mengetahui lebih banyak tentang pertumbuhan tanam-tanaman; mengadakan percobaan dengan tumbuh-tumbuhan untuk melihat pengaruh cahaya; suhu dan kelembaban terhadap pertumbuhan tanaman; menanami kebun sekolah untuk mempelajari lebih banyak tentang pertumbuhan tanaman.
e. Selokan atau kolam dapat bermanfaat untuk mengamati jenis kehidupan tumbuh-tumbuhan dan penyesuaian diri dari batang, akar, daun, bunga dan buah pada keadaan sekitar yag banyak airnya; mempelajari bagaimana binatang menyesuaikan diri untuk hidup di dalam atau dekat air dan membandingkannya dengan binatang darat, mengamati bagaimana binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan tadi berubah kalau musim berganti, mengamati kebiasaan kehidupan binatang dalam memperoleh makanan dan membuat sarang.

4. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Bagaimana memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar?. Nilai dari suatu lingkugan sebagai sumber belajar bergantung kepada kecakapan memanfaatkannya. Setiap sumber belajar harus dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu yaitu:
1. Membantu memecahkan permasalahan
2. Lebih dapat menjelaskan konsep atau prinsip-prinsip IPA
3. Memperbesar kecenderungan anak didik untuk menyelidiki alam sekitar.
Dalam mempersiapkan suatu karyawisata, guru dan siswa harus mengerti secara jelas dan pasti permasalahan yang akan dipelajari atau dipecahkan. Guru dan barangkali sebuah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang siswa, pergi lebih dahulu ke tempat yang akan dituju untuk melihat apakah tempat itu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan mudah didatangi.
Kalau siswa ingin meminta keterangan dari seseorang dari masyarakat setempat, hendaklah dijelaskan benar kepada orang tersebut tentang tujuan kunjungan tadi dan selalu dijaga agar semua penjelasan dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa.
Diskusi yang merupakan lanjutan dari kunjungan tadi hendaklah dipersiapkan seteliti-telitinya. Hendaklah dipergunakan data yang cocok untuk memecahkan soal dan hendaklah dibuat catatan-catatan tertulis tentang apa yang ditemukan kalau tenyata catatan itu akan berguna kelak bagi siswa.
5. Lingkungan dan Pengembangan Ketrampilan Proses IPA
Interaksi yang akrab antara siswa dan lingkungannya akan memotivasi siswa untuk mempelajari IPA, sehigga pelajaran IPA bermakna buat siswa. Keterampilan proses IPA bukanlah sesuatu yang baru dalam IPA atau sains. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan hal-hal yang biasa dilakukan orang apabila ia melakukan IPA (beripa).
Pendekatan keterampilan proses merupakan penjabaran dari metode ilmiah sudah ditekankan baik dalam kurikulum 1984 maupun kurikulum 1994 mulai dari jenjang pendidikan dasar maupun jenjang pendidikan menengah. Namun ini tidak berarti pendekatan lainnya seperti pendekatan konsep ditinggalkan, justru pemahaman konsep-konsep dalam IPA harus diperoleh siswa secara aktif menggunakan keterampilan proses dengan melibatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Dengan mengalami sendiri siswa memiliki bekal untuk mencari dan menemukan konsep atau prinsip. Dengan perubahan filosofis diartikan bahwa siswa tidak lagi belajar IPA, tetapi belajar melalui IPA. Dengan kata lain sebagai guru kita mendidik melalui IPA.
Berdasarkan jenisnya keterampilan proses IPA dibedakan menjadi keterampilan-keterampilan intelektual, fisik dan sosial. Dengan keterampilan intelektual dimaksudkan bahwa pikiran dan logika diperlukan dalam mengembangkan keterampilan proses, misal keterampilan merencanakan percobaan. Keterampilan fisik menunjukkan keaktifan yang nampak dilakukan secara manual misalnya keterampilan memilih dan menggunakan alat, mengukur. Keterampilan sosial terlihat dalam kegiatan yang menekankan pada keterampilan proses antara lain kertrampilan berkomunkasi, misalnya mengemukakan hasil pengamatan. Namun demikian batas antara ketiga jenis keterampilan itu kadang tidak nampak jelas dan melebur menjadi suatu keterampilan yang menyatu. Tetapi penekanan pengembangannya pada jenis keterampilan proses tertentu masih mungkin dilakukan. Keterampilan proses yang dikembangkan kali ini adalah keterampilan mengamati atau observasi dan berkomunikasi ilmiah melalui bagan, grafik, tabel, diskusi dan membuat laporan serta kesimpulan.
6. Mengamati
Mengamati sering diartikan melihat dengan menggunakan indera penglihat saja. Sebenarnya kegiatan mengamati melibatkan suatu proses yang menggunakan berbagai alat indera. Oleh karena itu, istilah mengamati sering diganti dengan istilah observasi. Observasi adalah persepsi kita tentang objek atau peristiwa alam dengan menggunakan satu atau lebih alat indera ( Rustaman, 1989: 3).
Kadang-kadang kita menginginkan informasi yang lebih tepat daripada sekedar yang dapat dideteksi dengan alat-alat indera dan kita melibatkan satu acuan tertentu dengan alat-alat tertentu. Observasi kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan instrumen seperti penggaris, timbangan, meteran, gelas ukur, termometer menghasilkan informasi yang tepat dan spesifik (Rustaman, 1989: 4).
7. Komunikasi
Komunikasi merupakan keterampilan sosial yang diperoleh manusia dengan berbagai latihan. Keberhasilan mengajar sering kali juaga ditentukan oleh kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan siswanya.
Dalam IPA, komunikasi dapat dalam bentuk kegiatan seperti mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan, mentransfer suatu bentuk penyajian ke bentuk penyajian lainnya, menggunakan kriteria untuk menyajikan data dalam bentuk yang dapat lebih dipahami, misalnya dalam bentuk grafik, tabel, diagram, laporan tertulis ataupun dalam bentuk liasan.
Bahan rujukan : Dari berbagai sumber.

Kamis, 26 Oktober 2017

Tembang Jawa



GAMBUH
(LarasPelog  Pathet Barang)

7       2       2       2        3        3        3
Se - kar    gam - buh     ping    ca  -  tur
3       2       7       6        6        7        2       2       7      2  3
Kang ci -  na  -  tur,    po  -    lah     kang   ka -  lan  -  tur
 6      5       3       5  6     6       6        6         6       7       5         6  5     3  2
Tan- pa      tu   -  tur      ka  -  tu  -  la         tu  -  la       ka  -     ta     -  li

5       6       6       6        7       5      6        7
Ka  - da  - lu  - ar   -   sa     ka  -   tu   -  tuh
7       2       3       2        7       6   7        5     6
Ka  - pa  -  tuh   pan     da  -   di          a  -  won

PANGKUR
(LarasPelog  Pathet  Nem)

3          5        5        5        5        5        3       3
Ming – kar  ming – kur – ing     ang  -  ka  -  ra  
3        5         5       5 6         1        1          1           1        1       1    1
A  -  ka    -  ra   -   na,        ka   -   re  -     nan       mar  -  di    si   -wi
5        6        i         i        i        i        1 2 3        i
Si  -  na   -   wung  res  - mi – ning    ki -    dung

i         6       5        5        5        5         4 5
Si   -  nu  -   ba     si   -   nu  -   kar  -  ta
3         5       5        5 6         2       2        2        2         2     3 2 3      5       6
Mrih   ker -  tar  -  ta,         pa  -  kar  -   ti  -  ning    ngel  -  mu     lu -  hung
2           3      3         3         3      3       3  -  3
Kang   tum -  rap    neng   ta -  nah    ja -  wa
1         2       3         1        2         3           3       2 1
A    -  ga  -   ma      a    -  ge   -  ming,      a   -   ji

. Pocung, LarasSléndroPathetManyura

6      6    5    3         1      1     1    2     6     6    5    3
Tho-lé  kuncung    la - mun  si - ra  ngu - di ngèl-mu

1    2   6     3     2   1
ja  pi-san sem-bra-na

1     2     1   3      2    1     6    6
a - wit ngèl-mu mi - gu - na - ni

6       1    2   3    2    2     1     6    1     3    12   2
tan - pa   i - ki    u - rip - mu  ba -kal  re - ka – sa

2. Dhandhanggula, LarasSléndroPathetManyura

3        6   1   1    1       2   3    3     3   3
Jungkat  si- ti   pang-ga-rap- ing  sa-bin

3     3    2   2    2   2    2   2    1   21
la-ku  sa- ru   da-tan  é- lok  te-nan

6      1    1   1      1     1   12   16
ta-dhah u- dan  sènggi- na-  wé

1     2   3     2    12   6     1
dèn-i-lang- a - nasam- pun

6    6   3   3    6        1   2    1   321
a- wit  i- ku  kang  da- di   ci - ri

1     2     2    2       2    2   2
tumrap ma-nung- sa  ge-sang

1     6      1   1     12   16
a- won  da-dos -  i - pun

6    1       2    3    3     3    3    3
la -mun  sa- ru  trus bi-nek- ta

6   5   3   21      1   1    1       1    1   2   3   3
i-  ki  je-neng  nis-thakang tan-pa   u -pa -mi

6      1   2     1   3     2   12
tan pi-ner- ca-yèng  li - yan


3. Kinanthi, LarasSléndroPathetSanga

5      6      6    6      6      1      2     2
Tansah was-pa -dèng pan - du - lu

2     2    1     1     6        61    5  6
u - ger - é   ma-nung - sa  u - rip

5      6     1     1       1         1    1    61
na - lu - sur  ma - rang    war- da - ya

6      5   5   5      2     2     32    1
den-tl i- ti   la - wan per - ma - ti

1     2    3    5       5      5    5     5
wit  la - irmung  ma - nut na - lar

3       2       2     2    2     32       3       5
yèn  pé - ngin  da - di   wong  muk  - ti

4. Asmaradana, LarasSléndroBarang Miring

1       2      3     5    5   5    5    5
Kas-ma - ran  la - ku  u - ta- mi

5       1   2   23     1    1        5     65
mar-su- di  mu - rihsam - pur - na

3      2     1      5      3    23   1    2
di - mèn  ke - pé - nak  u - rip - é
 
5      5      5     1      2     3    2   35
na - jan  ma-nung-sa   tan  a - na

3        2   2      2     2     32   1
kang da-tan  dar- bé   ca - cat

5      1     2   2       2   2     23    2
nangingka-bèh  tin-dak  tan - duk

1   1   1    1       2    2     32    1
i- ku   bi - sa   dèn-ge - gu – lang

Maskumambang, LarasPélogPathetNem

5     6    1   1    1    1    1     2       3    1       6    5
Ba-dan  i - ki   sa - pa ing-kang  du-rung  nger-ti

1     23    3     3    2    12
yèn tan-sah pun bek- ta

6    5    5    5     6    1    653   21
ingsa- la- mi – ni - pun    u –  rip

1   2    3    1      2      3     32    35
a - pa  u- wis  dèn - ga – tèk – na
2. Gambuh, LarasPélogPathetNem

2      3        5     5   5    3   56
Ing-kang  per - lu  ci - na- tur

6      5       3      2      2      3     5      5   3   56
tembang gam-buhkang ma-wèh  se-su- luh

2      1     6    12         2      2    2      2     3   1      6    5
na - jan  a - mung   sem-bur-sem-bur   a-das  na-nging

1     2       2   2     3      1    2   3
lo-wung  ke-na  kang-go  sa-ngu

3    5      6   5     3   23    1     2
a-nèng  u- rip    da- di   con- to


3. Pangkur, LarasPélogPathetNem

3        5    5   5      5   5     3   3
Ba - pak  ta- ni     u- dan- u- dan

3     5      5   56       1   1     1      1   2     3    21
nanging da-tan   du-wé  tyas  wi-gah -wi- gih

5      6      1        1       1   2     2      2
ka - de - rengndang bi- sa  nan - dur

6      5    5       5   5    5    45
ke - tungkul  ma-cul  le - mah

3       5     5   56       1     1    1   1    1   2        3   3
nggarapsa-wah   mrih  bi - sa  u - rip kangmakmur

6    1      1       1     1    1    1     1
a - ne - nan - dur  pa - la - wi - ja

1     2    3   1     2    3     3   21
pa - la  ke-sim-par lan   pa- ri


Mangkonoslami-laminya
gesanglulutkalawansawahtegil
nggawèkkepangansedulur
ingkangmanggonnakutha
dadicagakadegingnagrikangbaku
apaorajenengmulya
mringnegaradiajèni


4. Mijil, LarasPélogPathetNem


6    6    1    2     2   2   2     2      1   23
L    K   M   D    sa - i - ki   wis   mi-  jil

1     6      1    3     1     2
ga-wé   dé - sa  mon - jo

1   2     3     12      6   5    5   5    5    653  
i - ki    pa - dha     di-pun-ta- ta  dhé - wé

2       3    5   6     5     3      3     3       3      3
pa - ger  la-tar   ke - bon   di - pun - pre - di

5      6   6      6      6    6  
da - di  ka - rang  ki - tri

2    3     5      5  65  32
re-sepyèn   di- nu - lu


II. TembangMacapatBerlarasPelogBarang

GrambyanganLarasPélogPathetBarang

1. 3 2 7 6 5 3 2 7 6 5  5 6 7 2 3 5 6 7 2 3
2. 3237 2726 7675 6563 5352 3237 2726 7675
    5657 6762 7273 2325 3536 5657 6762 7273
3.  3 7 2 6 7 5 6 3 5 2 3 7 2 6 7 5
     5 7 6 2 7 3 2 5 3 6 5 7 6 2 7 3

1. Megatruh/Dudukwuluh, LarasPélogPathetBarang

7    5    6       7    7     6      7      5      5      5     3   567
Si - ti   kangsi - ni - ram   ba - nyu   u  -  dan   i -  ku

67     7     7      7      7     7     5    765
ing  sa - wan - ci - wan - ci  yek  - ti

2     35    5    5   5     5   7   6
ga-wé   wi - ji   si - grathu-kul

3      2     2     2      2        2      32   7
mi - gu - na - ni  mring  wong   u - rip

3      5     6     6       67       5       65   32
ga - wé  kra-san  mringkangmang-gon
2. Durma, LarasPélogPathetBarang

3      5    6   7     7   7    7      7      6        67      5    32
Pra-ja    i  -ki    o - ra  kang-go wong  kang   sa - rak

2         3     5    6     7       7    65
kang  srè - i    la - wan  dreng-ki

2      3      2     7      5   6
nanging  la - mun  si- ra

6     6    6     6    67   5    6
te - ka  ar - sa   ke-kan-can

6      7      2     2     2     21   2   32
se - du - lur - an   kan - thi   a -pik

5    6    7     5      32
i  -  ku   ti - nam- pa

2    3     5      6    7     5   765
ing-sun  tan  ma - é - ka - ni


3. Sinom, LarasPélogPathetBarang

7     2    2    2    2    2     2    2
Wi-wit  ci - lik   bo-cah tan-sah

2      2       3    1    2       3       2   32
ke - pé - nginba-rang kang   be-cik

2     3    3    3    2       7       7   65
ta-ngan-é  wi - wit  krang-gèh-an

5       5    5    6       5   3     2   3
sa - sat mè-nèk   an-cik - an-cik

5     6   6     6   6    5      67
tan  lè-rèn  a-nye-dhak - i

6     5    5   5       5   5   6   6
na-jan du-rung   bi-sa  mla-ku

3   5     5    5       5   5    5    5
o- ra   kè-tang  ke-tha-wil- an

5       5     5    6    5    3     2   3
pra-lambang  u - rip-nya  yek-ti

3      5  6   7    6   6      5   3      5      5   56   6
jan-mi  i -ki   tan-sah  du-wé  dham- i-dham- an