TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Teknik-Teknik Motivasi Dalam Pembelajaran
1.
Pernyataan penghargaan secara verbal. Pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik atau
hasil kerja atau hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan
efektif untuk meningkatkan motif belajar siswa kepada hasil belajar yang baik.
Pernyataan seperti “Bagus sekali”, “Hebat”, “Menakjubkan”, di samping
menyenagkan siswa, pernyataan verbal mengandung makna interaksi dan pengalaman
pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret,
sehingga merupakan suatu persetujuan atau pengakuan sosail, apalagi kalau
penghargaan verbal itu diberikan di depan orang banyak.
2.
Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
Pengetahuan atas
hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motif belajar siswa.
3.
Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan
motif belajar siswa. Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang dapat
mengejutkan, keragu-raguan, ketidaktentuan, adanya kontradiksi, menghadapi
masalah yang sulit dipecahkan, menemukan suatu hal yang baru, menghadapi
teka-teki. Hal tersebut menimbulkan semacam konflik konseptual yang membuat
siswa merasa penasaran, dengan sendirinya menyebabkan siswa tersebut berupaya
keras untuk memecahkannya. Dalam upaya yang keras itulah motif belajar siswa
bertambah besar.
4.
Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa. Dalam upaya itu pun, guru sebenarnya bermaksud untuk
menimbulkan rasa ingin tahu siswa.
5.
Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi anak. Hal ini memberikan semacam hadiah bagi siswa pada
tahap pertama belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar
selanjutnya.
6.
Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh
dalam belajar. Sesuatu
yang telah dikenal siswa, dapat diterima dan diingat lebih mudah. Jadi
gunakanlah hal-hal yang telah diketahui siswa sebagai wahana untuk menjelaskan
sesuatu yang baru atau belum dipahami oleh siswa.
7.
Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk
menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami. Sesuatu yang unik, tak terduga, dan aneh lebih
dikenang oleh siswa daripada sesuatu yang biasa-biasa saja.
8.
Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah
dipelajari sebelumnya. Dengan jalan itu, selain siswa belajar dengan
menggunakan hal-hal yang telah dikenalnya, dia juga dapat menguatkan pemahaman
atau pengetahuannnya tentang hal-hal yang telah dipelajarinya.
9.
Menggunakan simulasi dan permainan. Simulasi
merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari atau sesuatu yang
sedang dipelajari melalui tindakan langsung. Baik simulasi maupun permainan
merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang sangat menarik
menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara efektif atau emosional bagi
siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami atau dihargai.
10.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan
kemahirannya di depan umum.
Hal itu akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum. Pada gilirannya
suasana tersebut akan meningkatkan motif belajar siswa.
11.
Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar. Hal-hal positif dari keterlibatan siswa dalam belajar
hendaknya ditekankan, sedangkan hal-hal yang berdampak negative seyogiyanya
dikurangi.
12.
Memahami iklim social dalam sekolah. Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan
pendorong kemudahan berbuat bagi siswa. Dengan pemahaman itu, siswa mampu
memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi masalah atau kesulitan.
13.
Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat. Guru seyogiyanya memahami secara tepat bilamana dia
harus menggunakan berbagai manifestasi kewibawaannya pada siswa untuk
meningkatkan motif belajarnya. Jenis-jenis pemanfaatan kewibawaan itu adalah
dalam memberikan ganjaran, dalam
pengendalian perilaku siswa, kewibawaan berdasarkan hukum, kewibawaan sebagai
rujukan, dan kewibawaan karena keahlian.
14.
Memperpadukan motif-motif yang kuat. Seorang siswa giat belajar mungkin karena latar
belakang motif berprestasi sebagai motif yang kuat. Dia dapat pula belajar
karena ingin menonjolkan diri dan memperoleh penghargaan, atau karena dorongan
untuk memperoleh kekuatan. Apabila motif-motif kuat seperti itu dipadukan, maka
siswa memperoleh penguatan motif yang jamak, dan kemauan untuk belajarpun
bertambah besar, sampai mencapai keberhasilan yang tinggi.
15.
Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. Di atas telah dikemukakan, bahwa seseorang akan
berbuat lebih baik dan berhasil apabila dia memahami yang harus dikerjakannya
dan yang dicapai dengan perbuatannya itu. Makin jelas tujuan yang akan dicapai,
makin terarah upaya untuk mencapainya.
16.
Merumuskan tujuan-tujuan sementara. Tujuan belajar merupakan rumusan yang sangat luas dan
jauh untuk dicapai. Agar upaya mencapai tujuan itu lebih terarah, maka
tujuan-tujuan belajar yang umum itu seyogiyanya dipilih menjadi menjadi tujuan
sementara yang lebih jelas dan lebih mudah dicapai.
17.
Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai. Dalam belajar, hal ini dapat dilakukan dengan selalu
memberitahukan nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah. Dengan mengetahui hasil
yang telah dicapai, maka motif belajar siswa lebih kuat, baik itu dilakukan
karena ingin mempertahankan hasil belajar yang telah baik, maupun untuk
memperbaiki hasil belajar yang kurang memuaskan.
18.
Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para
siswa. Suasana ini
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengukur kemampuan dirinya
melalui kemampuan orang lain. Lain daripada itu, belajar dengan bersaing
menimbulkan upaya belajar yang sungguh-sungguah. Di sini digunakan pula prinsip
keinginan individu untuk selalu lebih baik dari orang lain.
19.
Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri. Persaingan semacam ini dilakukan dengan memberikan
tugas dalam berbagai kegiatan yang harus dilakukan sendiri. Dengan demikian,
siswa akan dapat membandingkan keberhasilannya dalam melakukan berbagai tugas.
20.
Memberikan contoh yang positif. Banyak guna yang mempunyai kebiasaan untuk membebankan
pekerjaan para siswa tanpa kontrol. Biasanya dia memberikan suatu tugas kepada
kelas dan guru meninggalkan kelas untuk melaksanakan pekerjaan lain. Keadaan
ini bukan saja tidak baik, tetapi dapat merugikan siswa. Untuk mengiatkan
belajar siswa, guru tidak cukup dengan cara memberi tugas saja, melainkan harus
dilakukan pengawasan dan pembimbingan yang memadai selama siswa mengerjakan
tugas kelas. Selain itu, dalam mengontrol dan membimbing siswa mengerjakan
tugas guru seyogiyanya memberikan contoh yang baik.
Referensi
Hamzah B. Uno. 2015. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar